REDAKSi8.COM – Kabupaten Banjar merupakan Salah satu sentra pengembangan Melati di Indonesia bahkan satu-satunya di Provinsi Kalimantan Selatan yang tersebar di 2 Kecamatan yaitu Martapura (Desa Labuan Tabu, Desa Bincau) dan Karang Intan (Desa Jingah Habang Ilir, Desa Jingah Habang Ulu, Pandak Daun).
Saat ini Kalangan petani bunga di Sentra Pengembangan Florikultura Mawar dan Melati di Kabupaten Banjar keluhkan anjloknya harga bunga melati dan mawar sejak dua pekan terakhir, pasca Pemerintah mengumumkan ada warga yang positif terkena Covid-19
Salah satu Petani bunga di Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan, Ana mengatakan ini merupakan pertama dalam sejarah selama 20 tahun menjadi petani bunga, baru kali ini harga bunga mawar dan melati turun drastis bahkan tidak laku. Situasinya tidak seperti hari-hari biasanya sebelum ada wabah corona,” katanya, Rabu (1/4/2020).
“Biasanya setiap hari kami selalu panen bunga melati dan mawar, sekarang panen tidak menentu bahkan tidak panen sama sekali, karena saat ini tidak adanya orang melaksanakan pernikahan, acara adat dan keagaman karena ada larangan untuk melaksanakan acara yang mengundang orang banyak untuk memutus rantai penyebaran Covid 19,” ungkapnya
Dikatakannya, sebelum ada info corona di Kalimantan Selatan, omset penjualannya sehari mencapai Rp 300.000, namun sekarang menurun menjadi Rp 50.000 itupun kalau ada yang membeli. Harga bunga mawar per tangkai yang biasanya Rp. 200 sampai denga Rp. 300 sekarang hanya Rp. 50 sama halnya dengan harga bunga Melati yang biasanya mencapai Rp. 3.000 sampai dengan Rp. 5.000/gelas bahkan pada hari tertentu sampai harga Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 15.000/gelas sekarang turun menjadi Rp. 500/gelas, ini yang sangat memprihatinkan bagi petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil penjualan bunga.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banjar H. Muhammad Fachry Mengatakan bahwa Covid 19 ini berpengaruh signifikan terhadap serapan Bunga Mawar, Melati dan Kenanga, karena adanya larangan untuk berkumpul, berziarah, dan dilarang orang untuk mengadakan acara adat, acara kawinan, dan acara keagaman untuk sementara di larangan.
Kondisi seperti ini mungkin pertama kali dirasakan oleh petani yang sepi pembeli dan bahkan tidak laku sama sekali.
Untuk mengatasi kondisi seperti ini kami Dinas TPH Kabupaten Banjar melalui petugas teknis menyampaikan saran agar dilakukan pemeliharaan seperti pemangkasaan pada saat harga anjlok untuk mengurangi biaya pemeliharaan lainnya, sehingga diharapkan setelah wadah covid 19 ini berhenti petani bisa panen dari tanaman yang sudah dipangkasnya tadi.
Selain itu petani bunga juga dianjurkan untuk melakukan kegiatan pasca panen seperti membuat air mawar, teh mawar,l massage oil melati dan massage oil mawar seperti yang pernah dilakukan pelatihan sebelumnya agar para petani bunga tetap memiliki penghasilan pada saat harga drastis turun pada saat ini, jelas Fahry
Fachry juga menambahkan pedagang bunga yang menjual rangkaian bunga seperti kembang barenteng dan kembang sarai serta bunga tabur di Pasar Martapura juga mengeluhkan omset pendapat yang menurun karena dagangan sepi pembeli bahkan tidak laku, semoga wabah covid 19 ini cepat berlalu sehingga perekonomian masyarakat khususnya para petani dan pedagang kecil bisa kembali bangkit