REDAKSI8.COM – Dimasa pandemi covid-19 yang hingga saat ini belum berakhir, bahkan di Kota Banjarbaru sendiri saja kasus pandemi malah kembali terjadi peningkatan. Berdasarkan data terakhir yang diterima Redaksi8.com sampai hari ini, Senin (14/12), jumlah kasus selama 14 hari terakhir dari awal bulan Desember ada 161 kasus covid-19 yang ditangani oleh seluruh satuan gugus tugas covid-19 di Kota Banjarbaru, setelah sebelumnya kasus covid sempat turun drastis.
Namun, bahaya sebenarnya justru tengah mengintai warga Kota Idaman Banjarbaru di saat musim penghujan sekarang. Sebut saja Demam Berdarah Dengue (DBD). Jumlah kasus DBD pada bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni lalu, memang hanya menyisakan 1 kasus saja. Itupun terjadi di bulan Mei di minggu pertama.
Kemudian update terakhir yang diterima pewarta dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru dari bulan September hingga November, ada 6 kasus DBD di Kota Banjarbaru. Pada bulan September terjadi 3 kasus DBD yang diperoleh dari data Puskesmas Kelurahan Sungai Ulin. Lalu bulan Oktober bertambah 1 kasus DBD dari data puskesmas yang sama. Sedangkan pada bulan November bertambah lagi 2 kasus DBD di Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Banjarbaru Utara.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rizana Mirza mengungkapkan, telah mengeluarkan surat edaran berupa himbauan peningkatan kewaspadaan dini terhadap DBD melalui surat dengan nomor 443.42/151.1/P2P/Dinkes yang dikeluarkan pada 26 November 2020 lalu.
“Dalam surat tersebut sudah dijelaskan Kota Banjarbaru masuk dalam daerah dengan endemis penyakit DBD,” ujarnya, melalui via whatsapp, Senin (14/12).
Dalam surat himbauan tersebut berisi, laporan yang disegerakan jika menemukan kasus penyakit DBD dilingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing kepada pelayanan kesehatan setempat.
Setelah itu melakukan pengawasan pada tepat yang memungkinkan menjadi tempat berkembang biak nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah hingga di lingkungan sekitar.
Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M, Menguras atau menyikat seminggu sekali. Menutup tempat setiap saat dan memanfaatkan benda-benda bekas tidak terpakai yang dapat menampung air pada lingkungan rumah masing-masing rumah, institusi dan tempat-tempat umum.
Kemudian peran keluarga dengan memberdayakan anggota keluarga rumah untuk menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) rumah melalui gerakan 1 rumah satu Jumantik (G1R1J). Upaya kesehatan mandiri dengan menjadi Jumantik dilingkungan intitusi lembaga pemerintah dan tempat-tempat umum seperti perkantoran, mushola, terminal, pasar dan tempat pemakaman.
Selanjutnya rumah sakit pemerintah atau swasta di Kota Banjarbaru selalu mengingatkan kewaspadaan diri dengan meningkatkan kinerja surveilans rumah sakit dan penatalaksanaan dengan cepat dan tepat serta melaporkan semua kasus DBD ke Dinkes Banjarbaru.
Lebih jauh kepada Redaksi8.com, pihak kecamatan dan kelurahan agar menggiatkan kembali gerakan jumat bersih di lingkungan masyarakat masing-masing. Jangan sampai ada tempat perindukan nyamuk. Dan segera membawa penderita yang diduga terserang DBD ke pelayanan kesehatan terdekat serta melaporkan pada aparat pemerintah setempat (RT/RW).
Seluruh dinas atau badan dan lainnya agar meneruskan surat edaran ini kepada kepada seluruh unit di bawahnya untuk dilaksanakan.
“Pada adaptasi kebiasaan baru menghadapi pandei covid-19, mari kita tingkatkan budaya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kita sebut Germas, dengan disiplin melakukan protokol kesehatan yakni 3M, Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci tangan sesering mungkin,” tutup Rizana Mirza.
Setelah lebih dari 8 bulan lamanya, beberapa bangunan khususnya sekolah kosong. Apalagi yang di daerahnya sempat menerapkan PSBB dan masyarakatnya banyak menghabiskan waktu di rumah saja.
Lantaran hal ini lah, bisa saja perkembang biakan nyamuk penyebab DBD ini tidak terpantau. Kapan pun bisa menyerang siapa pun.
Apakah kejadian seperti ini bisa disebut aman?
Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Komet Kota Banjarbaru, Budiati mengaku, menyambut Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang diperkirakan akan mulai digelar pada awal tahun 2021 nanti, pihaknya sudah melakukan pembersihkan secara rutin di setiap ruang kelas yang sudah 8 bulan lebih tidak digunakan para muridnya.
“Setiap hari kami selalu membersihkan ruang kelas untuk murid-murid kami. Alhamdulillah tidak ada nyamuknya,” paparnya kepada pewarta ini.
Bahkan setiap dua hari sekali katanya, para guru pengajar disekolahnya selalu menyemprotkan disenfektan di setiap sudut ruang kelas.
“Kami juga sudah mengatur tempat duduk para siswa sesuai dengan protokol kesehatan, dimana jarak antar siswa lainnya sejauh 1,5 meter,” tandas Budiati.
Diketahui, nyamuk Aedes Aegypti akan beraksi pada pagi hari pukul 10.00-12.00 WITA. Sementara pada sore hari, nyamuk akan mencari mangsanya menjelang Magrib sekitar pukul 16.00-17.00 WITA.
Nyamuk penyebab DBD sendiri memiliki ciri khas, yakni kaki dengan warna bercorak hitam dan putih. Walaupun DBD merupakan penyakit yang bisa disembuhkan, tetap saja kewaspadaan harus tetap dijaga.
Karena sampai hari ini berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ancaman kasus DBD selama masa pandemi covid-19 di Indonesia mencatat sekitar 100 – 500 kasus baru DBD per harinya.
Penting dan perlu diwaspadai adalah pemukiman yang berdekatan dengan bangunan-bangunan sekolah, perusahaan atau ruko yang terbilang telah lama tidak ditempati selama pandemi.