REDAKSI8.COM – Lonjakan kasus selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di level 4 diakui tidak signifikan menurunkan lonjakan angka penderita Covid-19 di Kota Banjarbaru.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rizana Mirza, mengaku, dari data-data yang telah dirilis oleh Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Banjarbaru, terjadi kecenderungan peningkatan kasus selama PPKM level 4 dari akhir bulan Juli hingga pekan pertama bulan Agustus.
Meskipun di wilayah Jawa-Bali lonjakan kasus covid turun, tapi di luar wilayah itu khususnya Kota Banjarbaru kata Mirza justru naik.
“Secara nasional Ini keliatan pergeseran dari kasus di pulau Jawa yang sekarang sudah mulai menurun dari yang awalnya tinggi keliatannya sudah berpindah ke luar Jawa sekarang. Kita liat di Kaltim, di Riau, Sumatera Utara di NTT itu yang cukup tinggi,” jelas Mirza kepada pewarta, Selasa (10/8).
Menanggapi kondisi tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarbaru, Emi Lasari mengatakan, pembatasan kegiatan PPKM harus di barengi penanganan kesehatan supaya penanganan covid mampu lebih maksimal.
Menurutnya, hal yang perlu diperhatikan saat ini ialah bagaimana pemerintah kota bisa mengerahkan semua sumber daya untuk menyiapkan Rumah Sakit (RS) bagi pasien yang perlu penanganan serius termasuk RS swasta.
“Karena sumber daya RSDI kita sudah over kapasitas,” ujarnya Emi sapaan akrabnya, Kamis (12/8).
Kemudian Ia menyarankan, untuk pasien isolasi mandiri (Isoman) harus di barengi pemantauan dan pengawasan maksimal. Karena sejauh ini, pasien isoman sudah membludak. Distribusi obat di pusat layanan konsultasi dan call center untuk konsultasi permasalahan terkait covid kepada dokter yang berkompeten pun harus disiagakan selama 24 jam dalam rangka pemantauan.
selain itu lanjutnya, bantuan untuk pasiean isoman harus di pastikan mencukupi selama warga yang menjalani masa isoma 14 hari, supaya pasien isoma tetap berada di rumah.
“Pastikan juga ketersediaan suplai obat-obatan yang di jual di pasaran. karena banyak warga mengeluh banyak obat-obatan yang mau dibeli kosong,” terangnya kepada wartawan.
“Ada pembagian tugas yang jelas untuk penanganan ini supaya lebih terintegrasi baik data, tindakan dan pemantauan. Siapa yang mengakomodir penanganan pasien positif dan siapa yang mengakomodir pasien isoma dan siapa yang mengakomodir obat-obatan. Tidak boleh di bawah kordinasi satu orang saja,” sambung Emi menerangkan.
Jika memungkinkan lebih jauh Emi menyarankan, terdapat tim medis yang siaga di tugaskan tiap kelurahan atau bahkan tiap RT untuk mengakomodir para warga yang menjalankan isoman, supaya lonjakan kasus tidak semakin parah.